Jumat, 03 Juni 2011

Prinsip Pemimpin Abadi-Sang Rasul

Pemimpin yang bermartabat adalah pemimpin yang memiliki citra baik bagi pengikutnya, tentu saja pemimpin yang seperti itulah yang disebut sebagai pemimpin yang berkualitas.

Generasi muda sebagai calon-calon pemimpin yang kelak membawa perubahan besar, diharapkan sanggup membawa perubahan ke arah yang lebih baik, dengan cara-cara yang baik pula, hingga sesuai dengan prinsip kepemimpinan yang bermartabat dan berkualitas. Namun timbul pertanyaan, bagaimanakah cara agar menjadi seorang pemimpin yang bermartabat dan berkualitas?, maka pada kesempatan ini mari kita bersama mencari jawaban atas pertanyaan tersebut.

“Setiap orang dari kamu adalah pemimpin, dan kamu bertanggung jawab terhadap kepemimpinan itu”
. (HR. Tirmizi, Abu Dawud, Shahih Bukhari dan Muslim).

PARADIGMA YANG KELIRU

Selama ini banyak yang menyalahartikan pengertian kepemimpinan, bahwa pemimpin adalah sebuah kedudukan atau sebuah posisi semata. Akhirnya banyak yang menghalalkan berbagai cara untuk menjadi pemimpin atau posisi tersebut, sehingga merugikan individu atau kelompok lain. Akbitnya hal tersebut melahirkan pemimpin yang tidak dicintai, tidak disegani, tidak di ta’ati dan bahkan di benci. Sebagai contoh gaya kepemimpinan Hitler, Musolini, dan Kaisar Hirohito, yang telah berusaha menjadi pemimpin dengan menghalalkan segala cara. Namun kemudian mereka hancur akibat daya perlawanan yang dasyat yang harus dihadapinya, semua itu adalah akibat dari tindakannya sendiri. Inilah ketetapan Alloh akan keseimbangan alam semesta. 


SEMUA MANUSIA ADALAH PEMIMPIN

Banyak orang mengharapkan menjadi pemimpin, sedangkan mereka tidak pernah merasa bahwa dirinya adalah pemimpin. Misalkan saat menjadi ketua kelas, ketua Senat, atau ketua organisasi Kemahasiswaan yang lainnya, bahkan kelak seorang wanita akan menjadi pemimpin atas anak-anaknya. Ini artinya bahwa setiap manusia akan mejadi pemimpin di lingkungannya masing-masing. Terlepas dari besar kecilnya jumlah orang dalam lingkungan itu. Bahkan manusia seorang diripun harus mampu menjadi pemimpin bagi dirinya sendiri, tidak bergantung berapaun usianya. Ketidaksadaran inilah yang menjadikan seseorang tidak mau mengembangkan ilmu kepemimpinannya.

PEMIMPIN ADALAH MEMPENGARUHI

            Pengaruh berarti segala suatu yang membuat perubahan dalam pemikiran, sikap perbuatan dan perkataan dalam hidup. Sebenarnya tidak ada seorangpun yang bisa memahami hal misterius yang disebut dengan pengaruh. Namun sebenarnya tiap orang diantara kita senantiasa memberikan pengaruh, baik dalam hal kebaikan maupun keburukan. Oleh sebab itu, kita sebagai pemimpin bagi diri sendiri maupun bagi lingkungan kita, baik dari kedudukan yang resmi maupun tidak resmi, perlu di sadari bahwa setiap pemikiran, sikap perbuatan dan perkataan akan menimbulkan pengaruh kepada orang lain yang berada di sekitar anda. Gaya dan tipikal kepemimpinan sangat bergantung pada prinsip yang dianut. Sebaliknya, lingkungan dapat menjadikan anda sebagai pengikut, disadari ataupun tidak disadari. Orang tanpa prinsip akan sangat mudah terpengaruhi. Diibaratkan kita sedang berjalan di tengah padang rumput yang dipenuhi dengan ranjau-ranjau yang berbahaya, yaitu ranjau-ranjau yang mempengaruhi pemikiran.
Orang dengan prinsip yang teguh, akan menjadi pemimpin besar dengan pengaruhnya yang kuat. Jika sesorang tidak memiliki prinsip, maka dipastikan akan menjadi seorang pengikut. Prinsip yang benar yang akan menyelamatkan anda dari kenistaan, dan prinsip yang benarlah yang akan menjadikan anda sebagai pemimpin sejati.

Rasulullah Muhammad pernah berkata : “Hendaklah kamu berpegang kepada kebenaran, karena sebenarnya kebenaran itu memimpin pada kebaktian, dan kebaktian itu yang akan membawa ke surga (Kebahagiaan), dan hendaklah seseorang itu tetap bersifat benar dalam memilih kebenaran hingga dia tertulis di sisi Alloh sebagai orang yang sangat benar, dan hendaklah kamu jauhi kedustaan, karena sebenarnya kedustaan itu memimpin kedurhakan, dan kedurhakaan membawa ke neraka (kehancuran) dan janganlah tetap berdusta dan memilih kedustaan hingga tertulis di sisi Alloh sebagai pendusta”. (HR. Bukhari Muslim)

TANGGA KEPEMIMPINAN

            Semangat, kebesaran dan heroisme dapat membutakan mata hati dari kebenaran. Hitler misalnya, tidak memberi kesempatan pada kebenaran, sehingga dia akhirnya menjerumuskan manusia dalam kesesatan.

Sebuah buku yang membahas tentang kecerdasan Emosional dan Spiritual, menyebutkan lima tangga kepemimpinan yang mencakup sistem dan prinsip kepemimpinan, yang harus dilalui dengan benar. Tidak boleh satu anak tanggapun dilewatkan / diloncati, sehingga menghasilkan seorang pemimpin yang tidak hanya dicintai, dipercaya atau di takuti, tetapi juga membimbing dengan suara hati dan kebenaran. 

Pemimpin yang berhasil ditentukan oleh seberapa besar dan seberapa jauh tingkat pengaruhnya, sehingga menjadikan pengaruh yang kuat dan tidak mudah hilang selamanya, sampai dia tidak lagi ada di bumi ini. Itulah yang disebut pemimpin abadi.

1.      Pemimpin yang Dicintai

“Kasihanilah mereka yang ada di bumi dan niscaya yang di langit akan mengasihi kamu”
. HR. Tarmizi

Pemimpin harus dapat berhubungan baik dengan orang lain dengan cara mencintai mereka. Jika tangga ini dilewati maka akibatnya orang lain tidak akan mendukung anda, karena mereka tidak akan menyukai anda.

Selalu mengerti dan memahami masing-masing individu, sebab keadaan setiap individu tak sama. Tangga ini yang akan menjadikan anda sebagai pemimpin yang dicintai. Dalam praktek sehari-hari misalnya dengan mendengarkan pembicaraan orang lain dengan serius, bersungguh-sungguh dalam berbicara namun diselingi dengan humor, bijaksana, murah hati dan pandai dalam bergaul sehingga menciptakan keperdulian sosial.

2.      Pemimpin yang Dipercaya

Kepercayaan lahir dari suatu kejujuran. Seorang pemimpin harus memiliki prinsip keberanian dalam memperjuangkan kejujuran demi terciptanya kebenaran dalam suatu perubahan. Konsistensi antara pemikiran dengan perkataan, kemudian konsistensi antara perkataan dengan perbuatan adalah bentuk dari kejujuran. Pemimpin-pemimpin seperti inilah yang nantinya akan menciptakan kepercayaan dan pengaruh yang luar biasa dari pengikutnya kelak. Contoh nyata dalam kehidupan adalah menjadi pemimpin yang tidak terdorong oleh ambisi materialistis, kedudukan dan kekuasaan semata, melainkan pemimpin yang berani menunjuk kebenaran serta mengajak orang kepada kebaikan dengan cara-cara yang baik pula.

3.      Pembimbing

Seorang pemimpin yang baik bukan hanya yang berhasil karena kekuasaannya, melainkan kepandainya memberikan motivasi dan kekuatan kepada orang lain. Pemimpin dikatakan gagal apabila tidak sanggup mencetak penerus, karena pada tangga inilah puncak loyalitas dari para pengikutnya terbentuk. Pada tangga ini, seorang pemimpin haruslah mampu menjalani dua tangga sebelumnya. Sebab tangga ini terbentuk karena adanya kasih sayang kepada orang lain secara tulus dengan mendengarkan kata hati, harapan serta keinginan mereka, juga konsistensi dalam memperjuangkan kebenaran dengan cara dan bimbingan yang benar.

Seorang pemimpin yang membimbing orang lain, mengarahkan dan memberi kekutan kepada orang lain akan memikul tanggung jawab yang paling besar, dimana ia harus menanggung resiko dari pemikiran dan tidakan orang lain.

4.      Pemimpin yang Berkepribadian

Kedisiplinan adalah bentuk kepribadian yang paling utama dari pemimpin, sebab sesorang tidak dapat menjadi pemimpin jika tidak disiplin dalam memimpin dirinya sendiri. Pemimpin harus mampu menjelajahi dirinya dan mengetahui secara mendalam siapa dirinya, sebab sebelum memimpin keluar dia harus memimpin kedalam. Pekerjaan ini adalah pekerajaan paling berat, memimpin diri sendiri, melawan hawa nafsu adalah sebuah kedisiplinan. Seorang pemimpin harus mengenal siapa lawan dan kawan di dalam dirinya.

5.      Pemimpin yang Abadi

Saat ini memang banyak pemimpin yang dicintai, dipercaya, dan juga pembimbing yang baik, tetapi pengaruhnya berhenti pada suatu masa saja. Agar menjadi pemimpin yang memberi pengaruh abadi, prinsipnya adalah mengarahkan orang kepada kebenaran, kebaikan, kemajuan dan keberhasilan. Metode inilah yang terbaik, khususnya di bidang kepemimpinan dan akhlak, yang mamberikan kemerdekaan berfikir dan tidak menentang kehendak hati nurani yang bebas, sesuai dengan martabat manusia, menjunjung tinggi hati dan pikiran manusia, sekaligus membersihkan belenggu yang senantiasa membuat orang menjadi buta.


Seorang pakar berpendapat bahwa selama bertahun-tahun dia telah menemukan, pada umumnya orang-orang yang hebat dan kita kenang adalah mereka yang paling berkenan di hati kita, mungkin mereka adalah orang jenius yang kreatif dan intuitif. Mereka punya kesungguhan hati dan keberanian. Mereka orang-orang yang mempunyai kejujuran emosi dan tidak mau hidup dalam kepura-puraan. Mereka punya kemauan untuk memperbaiki keadaan dan mengulurkan kasih sayang.

Kecerdasan emosi memiliki peranan lebih besar dari pada kecerdasan intelektual, yaitu 80%(EQ) berbanding 20%(IQ) terhadap keberhasilan seseorang di segala bidang kehidupan, yaitu salah satunya sebagai pemimpin. Lima tangga tersebut diatas merupakan praktek nyata atas kecerdasan emosi seorang pemimpin, baik pemimpin dalam lingkungannya maupun bagi dirinya sendiri. Lima tangga diatas hanya dapat dilakukan oleh manusia dengan kejernihan hati, dengan mendengarkan suara hati terdalam, dan inilah tingkat kepemimpinan yang tinggi, yaitu pemimpin yang abadi baik melalui cara berfikir maupun pengaruhnya, semua itu akan terus berjalan sampai akhir jaman. Sang pemimpin yang sebenarnya tidak hanya memimpin segenap manusia, melainkan memimpin segenap hati manusia

by : Kapten Mac

Tidak ada komentar:

Posting Komentar